Prasejarah Jejak Islam di Xi'an

Rekaman Jejak Islam di Xi'an." China memiliki jejak sejarah Islam yang panjang, jauh sebelum agama yang dibawa Muhammad SAW ini sampai ke Indonesia melalui jalur perdagangan yang sangat melegenda, Jalur Sutra.

Berdasar sensus tahun 2000, terdapat lebih dari 20 juta orang Muslim tinggal di negeri Tirai Bambu, sebagian besar berasal dari etnis minoritas Hui, Uyghurs, dan Kazakhs yang terkonsentrasi di Kota Xinjiang, Gansu, dan Ningxia di perbatasan dengan Asia Tengah, dan sebagian kecil tersebar di berbagai kota lain. Salah satunya di Xi'an atau dulu terkenal dengan sebutan Chang'an.

Di Xi'an inilah Islam masuk ke China pertama kali atas inisiatif khalifah Usman bin Affan yang mengutus Sa'ad Ibn Abi Waqqas bertemu penguasa Dinasti Tang pada tahun 651.

Meskipun Kaisar Gaozong saat itu tidak bersedia memeluk Islam, dia tetap mengizinkan penyebaran Islam dan memerintahkan pembangunan masjid sebagai monumen peringatan.

Xi'an termasuk salah satu kota tua sangat penting bagi sejarah peradaban China dan Islam, kota ini pernah menjadi ibu kota empat dinasti, di antaranya yang sangat terkenal Dinasti Qin, Han, dan Tang.

Kota ini juga merupakan titik paling timur perdagangan melewati Jalur Sutra sebelum diperluas ke Kota Luoyang. Tidak heran kota ini merupakan salah satu tujuan wisata historis bagi wisatawan dalam dan luar negeri.

Artefak peninggalan sejarah masih terpelihara baik dan menjadi ikon wisata, di antaranya patung tentara dari terakota dari makam Kaisar Qin Shi Huang dan tembok kota setinggi 12 meter sepanjang 11,9 km dan mengelilingi 12 km persegi bagian kota tua Xi'an. Di pusat kota inilah terletak wilayah Muslim, tempat bermukimnya sekitar 50.000 orang Muslim Hui dan lokasi masjid China tertua, Masjid Besar Xi'an, yang pertama kali dibangun pada abad ke-7 semasa Dinasti Tang.

Tidak mudah menemukan lokasi Huajue Lane, tempat berdirinya Masjid Besar Xi'an. Pengunjung harus melewati jalan-jalan sempit nan teduh dan nyaman bagi pejalan kaki yang dipenuhi pedagang kaki lima penjual makanan dan berbagai suvenir khas Xi'an.

Tempat ini menjadi surga bagi turis dan pencinta kue-kue jajanan tradisional. Sebagian pedagang cukup bisa berbahasa Inggris sehingga memudahkan tawar-menawar, atau kadang cukup mengucapkan salam dan bahasa isyarat untuk menjelajahi keunikan daerah ini dan mendapatkan suvenir dengan harga cukup murah. Jangan sungkan menawar separuh dari harga yang ditawarkan penjual karena pedagang mematok harga cukup tinggi.

Membuka usaha
Sepanjang kaki melangkah akan sangat lazim menemui penduduk setempat, tua dan muda, dengan senyumnya yang ramah menggunakan peci putih dan baju koko bagi laki-laki dan jilbab bagi perempuan.

Penduduk muslim Hui umumnya tinggal dan bekerja di daerah ini dengan membuka usaha keluarga turun-temurun berupa restoran, toko daging, toko kue, toko baju, dan toko kelontong. Sebagian besar juga bekerja sebagai pedagang kaki lima.

Siang-malam area ini sangat ramai dan hidup oleh aktivitas penduduk setempat, antara lain pasar malam, ditambah hilir mudiknya wisatawan yang menikmati jajanan khas Xi'an dan Masjid Besar.

Xi'an masih menyimpan kejayaan masa-masa perdagangan Jalur Sutra dengan pengaruh Arab dan Persianya. Buah-buahan kering, seperti kurma, aprikot, kismis, dan kacang pistacio menjadi produk utama yang dijual di sepanjang jalan.

Bersiaplah datang ke kawasan Muslim ini dengan perut kosong karena dijamin sepanjang jalan mengitari area ini pengunjung akan tergiur mencicipi semua jenis makanan, minuman, buah-buahan kering, serta kue-kue tradisional yang disajikan pedagang lokal.

Jangan lupa mengakhirinya dengan menikmati makan malam khas Muslim Hui dan Uyghurs berupa sate domba atau kambing di salah satu restoran atau di meja pedagang kaki lima yang langsung membakar dan menyajikannya panas-panas kepada pembeli.

Perpaduan China-Islam
Di tengah hiruk pikuk pasar Huajue Xiang dan permukiman penduduk yang padat serta di antara labirin jalan sempit yang ramai inilah terletak sebuah kompleks oase yang dikelilingi tembok bata abu-abu setinggi lima meter.

Masjid Besar Xi'an tidak seperti kebanyakan masjid yang bergaya Timur Tengah dengan kubah dan minaret, masjid ini dirancang dalam perpaduan arsitektur China dan Islam, desain bangunan bergaya taman (courtyard) persegi empat dan pagoda, dilengkapi dengan taman dan paviliun di tengahnya.

Material utama terbuat dari kayu dan batu bata dihiasi kaligrafi arab dan motif-motif mosaik. Bangunan utama masjid untuk shalat terletak di bagian paling ujung dari tiga bagian courtyard dan menghadap ke timur, tidak seperti lazimnya bangunan utama arsitektur China yang menghadap ke selatan.

Memasuki kompleks masjid yang dibuka pukul 08.00-19.00 malam ini pengunjung diharuskan membeli tiket seharga RMB 25, kecuali untuk Muslim yang ingin menunaikan shalat.

Desain lanskap khas bergaya China mengantar pengunjung menyusuri bagian demi bagian courtyard melewati beberapa pintu gerbang, paviliun, dan jalan setapak yang mengarah pada bangunan utama. Kompleks ini juga dilengkapi dengan museum kecil dan fasilitas penunjang lain di sisi kiri dan kanan kompleks.

Bagi wisatawan Muslim, sempatkanlah shalat di dalam masjid China dan mengagumi desain arsitekturnya yang unik karena tidak semua pengunjung bisa masuk. Umumnya wisatawan non-Muslim hanya bisa melihat interior masjid dari luar dan duduk di teras sambil beristirahat menikmati suasana yang teduh.

Keseluruhan dinding interior kayu masjid bertuliskan ayat suci Al Quran dan terjemahannya dalam tulisan China dilengkapi mihrab tua berukiran kayu dan permadani Persia berwarna biru, serta lampu berbentuk lampion.

Saat waktu shalat tiba, panggilan azan dikumandangkan dari sebuah menara berbentuk pagoda dan penduduk Muslim setempat segera melangkah ke masjid untuk menunaikan panggilan Rabb-Nya.

Sejarah Islam di mana pun berada selalu memiliki tipologi kota yang sama, masjid menjadi pusat peradaban di mana aktivitas perdagangan dan permukiman bermula.

Xi'an dengan Masjid Besar dan wilayah Muslimnya yang masih ada sampai saat ini telah menjadi jejak sejarah penyebaran Islam di negeri Tirai Bambu.

Sumber: Indah Mutia Mahasiswa Pascasarjana Bidang Desain Urban, University of Melbourne, Australia, http://cetak.kompas.com/





Rating: 5

0 komentar: