IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek)." adalah bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu, seperti juga unsur kebudayaan yang lain, corak dan perkembangannya sangatlah dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat di mana ia dikembangkan atau diaplikasikan.
Sesungguhnya tak ada seorang pun manusia yang dapat melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Setiap saat kita semua bermesraan dengan teknologi. Pakaian yang kita kenakan adalah hasil iptek yang mencengangkan: makanan dan air yang kita konsumsi semua melalui proses iptek yang luar biasa runtut; kendaraan yang kita naiki, tanpa kecuali adalah sosok iptek; tak ketinggalan kertas, buku dan pulpen yang kita pakai adalah juga buah iptek. lptek ada di mana-mana. Ada di tiap kurun waktu dan hadir di semua lokasi dan ruang.
Teknologi telah dimiliki manusia sejak 1,7 juta tahun yang Ialu untuk membantu mereka dalam berburu dan mengumpulkan makanan. Teknologi telah dikembangkan oleh manusia CroMagnon puluhan ribu tahun Ialu ketika mereka mulai memanfaatkan api dan berbagai peralatan tersebut dari batu. Teknologi juga telah dikembangkan oleh manusia di lembah Tigris, Euphrat dan Nil dalam bentuk pemanfaatan logam sekitar 6.000 tahun yang Ialu. Dengan kata lain, iptek telah ada sejak dulu dan bisa ditemui di desa maupun di kota. Ada di negara kontinental dan ada pula di negara kepulauan.
Jika teknologi sesungguhnya ada di semua kurun sejarah kehidupan manusia dan masyarakat, adalah lumrah jika kita bertanya mengapa iptek kok tiba-tiba menerobos ke tengah panggung kehidupan manusia dan menjadi salah satu aktor utamanya. Jawaban dari pertanyaan ini bisa macam-macam. Tapi tampaknya ada beberapa jawaban yang dapat kita diskusikan bersama.
Pertama, akselerasi perkembangan teknologi kian luar biasa. Tak dapat kita pungkiri bahwa saat ini teknologi berkembang dengan sangat cepat. Memerlukan ratusan ribu tahun perjalanan sejarah dari pemanfaatan batu, kayu dan tulang ke pemanfaatan logam. Mengambil waktu puluhan ribu tahun untuk mengembangkan teknik komunikasi isyarat ke oral. Dibutuhkan ribuan tahun dari oral ke penulisan piktograf di dinding gua. Dan masih ribuan tahun lagi dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi kertas dan percetakan. Tapi kini penemuan teknologi luar biasa cepatnya. Sejak penemuan mesin cetak oleh Guttenberg, teknologi berkembang bak deret ukur. Menggelinding cepat sekali. Ditemukan telegram, telepon, radio, televisi, dan seterusnya.
Kedua, iptek menjadi pemeran.utama karena daya penetrasinya semakin jauh. Dulu teknologi yang ditemukan hanya dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu saja dalam jumlah yang kecil. Sekarang teknologi yang ditemukan di pusat kota metropolitan dalam waktu singkat dapat menjangkau orang yang berada di desa paling terpencil sekalipun. Teknologi satelit yang diatur di jantung kota Washington oleh INTELSAT menjangkau desa kecil di Samoa, daerah terpencil di Irian Jaya, dan penduduk Grenada dalam waktu yang serentak.
Ketiga, iptek kian menjadi pusat perhatian karena implikasinya semakin luas. Teknologi komunikasi di desa dengan kenthongan hanya menjangkau sejumlah rumah dalam satu lingkungan sosial yang kecil. Tapi sekarang program televisi dapat disiarkan secara langsung atau tidak langsung ke hampir semua negara. Film buatan Hollywood dapat ditonton oleh penduduk yang bermukim di lebih dari 100 negara. Kalau peralatan perang - seperti pedang dan panah - masyarakat purba hanya mampu membunuh satu dua orang dalam waktu yang bersamaan, kini senjata masyarakat modern mampu membunuh semua manusia dan makhluk hidup dalam sekejap.
Keempat, teknologi semakin menjadi buah bibir karena membuat intensitas kegiatan manusia kian tinggi. Rata-rata perjalanan yang dilakukan oleh orang modern dalam sebulan sama panjangnya dengan jarak yang dilalui sepanjang hidup manusia purba ribuan tahun Ialu. Jumlah informasi yang harus diolah oleh manusia dari koran selama seminggu penerbitan lebih banyak daripada seluruh informasi tertulis yang harus diolah oleh penduduk abad pertengahan sebelum alat cetak ditemukan.
Apa pengaruh iptek dalam kehidupan kita? Jawabannya banyak sekali. Perubahan satu paradigma iptek dapat menyebabkan "revolusi" dalam semua bidang kehidupan: literatur, ekonomi, seni, politik, arsitektur, sosial, dan religi. Iptek telah menyebabkan kita tidak tergantung pada alam.
Iptek telah membebaskan kita dari takhayul dan memerdekakan kita dari berbagai hukum alam. Fenomena gerhana bulan bagi yang mengetahui iptek tidak lagi menyeramkan. Bagi yang menguasai iptek, hukum alam itu dapat dikontrolnya. Air yang hukumnya selalu mencari tempat yang lebih rendah dapat dibuat mampu memanjat ke gedung bertingkat seratus. Benda berat seperti besi yang hukumnya harus jatuh ke bumi dapat dibuat mampu terbang dan membawa ratusan manusia. Barang yang memiliki berat jenis lebih besar dari air yang kodratnya akan tenggelam, kini dapat diapungkan. Dengan teknologi, hujan dapat dibuat, gempa dapat diprediksi, cuaca dapat diprakirakan. Teknologi telah memerdekakan manusia dari alam, dan ia punya potensi untuk memerdekakan manusia dari sesamanya.
Perubahan mendasar dalam iptek akan membawa perubahan mendasar dalam semua bidang kehidupan. Selama 2000 tahun kosmologi Aristotelian telah mewarnai sistem politik, sosial, ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Sistem Aristotelian yang menggambarkan jagad ini bak sebuah bola kristal yang luar biasa besamya, dengan bumi di tengah-tengah dan planet-planet mengitarinya, di mana manusia dan makhluk lainnya telah dilahirkan dalam hirarki yang tak dapat ditolak, membawa implikasi munculnya sistem sosial yang sangat kurang demokratis menurut ukuran kini; ada kasta misalnya, dan itu diterima dengan ikhlas.
Tapi, munculnya Galileo telah meruntuhkan "kebenaran" yang dipercayai selama dua millenium itu. Bersamaan itu ia juga meruntuhkan sistem sosial yang selama ini dianut oleh masyarakat, terutama yang hidup di Amerika dan Eropa. Sejak era Galileo, pandangan hidup (world view) kita berubah. Jagad tidak lagi dipandang statis tapi dinamis, bumi bukanlah pusat jagad tetapi sebagian kecil daripadanya. Pandangan ini tak ayal lagi merombak sistem berpikir manusia, memperluas wawasan dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Sistem sosial-politik berubah menjadi lebih terbuka. Banyak nilai-nilai lama yang runtuh dan tergantikan.
Teknologi-teknologi yang telah membawa perubahan monumental dalam kehidupan manusia adalah jam (membantu manusia masuk dalam konteks waktu); kompas (menolong manusia memasuki medan ruang); teleskop (mendorong manusia untuk melebarkan cakrawala ke ujung kosmis); dan mikroskop (yang telah membawa manusia ke era sub-atomik).
Teori-teori ilmu pengetahuan yang telah membawa revolusi berfikir manusia adalah hukum gravitasi (membawa manusia ke dalam konteks keteraturan dan harmorni jagat); penemuan elektromagnetik (yang membawa revolusi informasi dan mempertanyakan makna jarak); serta teori evolusi (yang membawa kita ke pemikiran tentang pertumbuhan dan tahapan perkembangan).
Lantas bagaimana posisi dan peran iptek di negara berkembang? Jika dilihat sejarah perkembangan iptek, tampak sekali bahwa ia berkembang mengikuti alur yang amat logis dan teratur. Iptek lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menemukan dan mengembangkannya. Manusia pada dasarnya mempunyai masalah yang kurang lebih sama dan kebutuhan yang juga sejenis. Semua punya mulut untuk diberi makan, badan yang perlu tempat istirahat, pekerjaan yang perlu diselesaikan, hukum dan aturan yang harus dipatuhi.
Terlepas dari kesamaan-kesamaan di atas, tampak sekali perbedaan metode dan cara serta alat yang digunakan antara manusia yang hidup dalam masyarakat tradisional-agraris dengan yang hidup dalam masyarakat modern-industrialis. Perbedaan - perbedaan yang mendasar antara lain dalam persoalan pembagian kerja (division of labor) antara warga masyarakat yang satu dengan yang lain. Juga dapat dilihat dari kecanggihan jenis teknologi yang dimanfaatkannya.
Proses kelahiran revolusi industri di Eropa menarik untuk diikuti. Pada sekitar abad ke-16, kehidupan di Eropa juga dipenuhi dengan sikap fatalistis, diwamai dengan takhayul, dan sangat tergantung dari belas kasih "alam". Lalu, negara yang berpenduduk hanya tiga juta itu beremansipasi dari alam. Penemuan Iptek memperlihatkan bahwa ada beberapa zat yang dapat ditambahkan di tanah untuk membuat tanaman subur. Pemanfaatan pupuk meningkatkan hasil pertanian secara luar biasa, sehingga bisa diekspor. Ini menumbuhkan perdagangan. Perdagangan Ialu mendorong pembangunan infrastruktur-pembangunan terowongan. Seiring dengan itu kapas tumbuh pesat dan butuh pemintal yang lebih efisien. Tahun 1770 ditemukanlah alat pintal. Karena alat pintal ini memerlukan tenaga, budak pun dibawa dari Afrika ke Eropa. Lalu disadari bahwa cukup mahal membiayai rnanusia yang perlu transportasi dan makanan. Maka dirasakan kebutuhan untuk mendapatkan energi bukan dari tenaga hewan dan manusia tapi dari air. Pusat-pusat pemintalan tumbuh di dekat sungai. Lalu timbul ide besar James Watt dan mendorong kelahiran mesin uap. Dengan mesin uap ini pemintalan tak harus dipinggir sungai lagi, tapi mulai dibawa ke lokasi yang mudah dijangkau. Lahirlah kota-kota.
Contoh kecil ini memperlihatkan bahwa teknologi itu lahir dari kebutuhan masyarakat dan arus perubahannya beringsut dengan sangat perlahan. Masalah yang muncul di negara berkembang adalah, bahwa iptek tersebut datang bagaikan air bah yang sepertinya rnampu menghanyutkan dan menenggelamkan semua yang ada dalam waktu sekejap. Dalam situasi seperti itu kita menjadi mudah mengalami semacam disorientasi. Pilihan menjadi sulit, larut dalam perubahan atau melarikan diri jauh dari gelombang perubahan itu.
Sebenamya bukan hanya manusia yang ada di negara berkembang yang kini dilanda gelombang perubahan tapi semua umat manusia. Bayangkan saja jumlah penemuan di bagian akhir abad ke-20 ini, dinilai sama banyaknya dengan penemuan - penemuan yang pernah ada sepanjang sejarah manusia. Juga diperkirakan bahwa 90 persen dari semua saintis yang pernah dilahirkan di dunia ini hidup dan sedang bekerja pada masa kini.
Kalau gelombang begitu dahsyat, haruskah dan perlukah gerakannya dihentikan? Untuk bisa menjawab pertanyaan ini secara lebih bijak, tidaklah cukup dengan mengadakan perbandingan ke masa silam. Kita perlu melihat kerja dan tugas kita yang belum selesai, dan peluang kita yang masih luar biasa besar, serta pengetahuan kita yang sesungguhnya amat "sedikit".
Bayangkanlah, betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang benda langit. Ya, kita masih bagaikan anak bayi yang berada dalam ayunan bumi. Alam di luar ayunan kita ini masih begitu luas terbentang di depan kita. Kita juga masih punya peluang yang luar biasa besarnya dalam memanfaatkan laut. Teknologi masa depan akan mengarah ke sana: ke atas (angkasa) ke bawah (lautan), dan ke kehidupan (bio-teknologi). Kita masih tahu terIalu sedikit tentang semua itu. Jadi roda pengembaraan iptek kita mestinyalah tak kita hentikan atau perlambat putarannya.
Mengapa Revolusi Industri lahir di Inggris dan bukan di Jawa? Mengapa orang Eropa yang mengelilingi Afrika dan dunia dan bukannya orang Arab? Pertanyaan seperti ini menggelitik untuk dijawab. Seiring dengan itu muncul pula pertanyaan: iptek itu pemberian Tuhan atau hasil kerja keras manusia?." Mungkin kita bisa sepakat bahwa iptek adalah hasil dari keduanya: kerja keras manusia dan pemberian Tuhan. Hampir semua penemu iptek yang mengubah sejarah dunia mengatakan bahwa "teori besarnya" datang tiba-tiba dan sangat sesaat. Watt didatangi ilham ketika memandang tutup poci yang meloncat - loncat tatkala air mendidih. Newton mendapatkan inspirasi besar ketika melihat apel jatuh. Tapi sejarah hidup mereka juga memperlihatkan bahwa mereka bekerja dengan sangat keras untuk teori dan penemuan mereka.
Bagaimana langkah yang harus kita ambil untuk mengembangkan iptek di masyarakat kita? Yang paling penting, tampaknya, adalah mengkondisikan masyarakat kita untuk melihat iptek sebagai rahmat yang dapat menolongnya dalam menjalankan tugas di bumi.
Selain itu budaya cinta iptek perlu dikembangkan dari usia dini. Latihan untuk memancing rasa heran. Perlu diberikan kebebasan untuk mempertanyakan semua hal yang meragukan. Untuk bisa unggul dalam era iptek tidak lagi cukup bagi masyarakat kita untuk hanya menghafal kitab suci dan sejumlah teori-teori tanpa mencoba mengerti makna kandungannya. Juga tak lagi bisa dengan hanya mengagumi ciptaan orang - bahkan juga ciptaan Tuhan - tanpa dorongan untuk tahu bagaimana, mengapa, kapan, dimana dan untuk apa semua itu diciptakan. Kita harus berhenti untuk sekadar menjadi pengagum yang pasif. Kita harus mulai menjadi pelakon yang aktif. Kita diberi otoritas mengurus bumi. Dan itu hanya bisa kita lakukan dengan bantuan iptek.
Sumber: Doni D'basic
Dikutip dan update judul oleh situs Jelajah IPTEK
Rating: 5
0 komentar:
Posting Komentar