Penemuan Tentang Tembikar di Somba Opu

Temuan Tembikar di Somba Opu Diduga Peninggalan Era Pra-Islam ." Pekerja proyek Gowa Discovery Park menemukan sebuah tembikar yang diduga berusia ratusan tahun di lokasi kawasan situs cagar budaya Benteng Somba Opu. Benda ini ditemukan persis di galian fondasi pagar taman gajah yang dibangun PT Mirah Megah Wisata, Selasa lalu.

Peneliti maritim yang menolak proyek di atas situs itu, Horst Liebner, meminta pekerja proyek Gowa Discovery Park melaporkan ke pengawas bila menemukan benda pecahan keramik. "Pertama kali saya lihat tembikar tersebut terendam air tepat pada jalur galian fondasi pagar kandang gajah," kata Horst di Benteng Somba Opu, Rabu (15/12).

Horst mengatakan, saat memperlihatkan pecahan tembikar kepada para pekerja, salah satu pekerja mengatakan melihat benda seperti contoh yang dibawa Horst. Ia kemudian minta diantar ke lokasi temuan sebelum menghubungi Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Makassar dan arkeolog Universitas Hasanuddin.

Dosen dan mahasiswa di lokasi temuan langsung membuka tanah sekitarnya. Tembikar berdiameter 50 sentimeter itu ditemukan pada kedalaman 60 sentimeter. Beberapa pecahan berada di sekitar bibir temuan yang retak di sejumlah bagiannya. "(Kami) masih menunggu hasil ekskavasi BP3," kata Asmunandar, pengajar arkeologi Universitas Hasanuddin.

Horst menilai tembikar itu dibuat pada masa pra-Islam abad ke-14. Berdasarkan literatur yang dibacanya, masyarakat Makassar mempunyai kebiasaan mengubur jenazah menggunakan tembikar serupa dengan temuan itu. Mayat dalam posisi duduk merangkul lutut dimasukkan dalam tembikar berukuran 50 sentimeter, kemudian ditanam. "Ini baru dugaan," kata dia.

Kepala Balai Pelestarian Andi Muhammad Said belum memastikan kaitan temuan dengan situs atau tembikar biasa. Sebab, tanah sekitar temuan dulu merupakan kawasan permukiman. Karyawan Balai yang melihat menduga benda itu gerabah pembatas sumur. "Dugaan sementara (itu adalah) sanrangang," kata Said. "Sekarang masih bisa dilihat proses pembuatannya di Takalar."

Sanrangang merupakan pembatas lingkaran sumur masyarakat Makassar, yang dibuat sekitar 1980. Said mengatakan proses pengamatan awal menentukan benda itu sebagai cagar budaya atau bukan. "Arkeolog bisa langsung tahu apakah benda cagar budaya atau bukan," katanya.


Sumber: tempointeraktif.com
Dikutip dan update judul oleh situs Data IPTEK




Rating: 5

0 komentar: